Judul artikel tersebut merupakan pertanyaan yang cukup sering saya terima dari berbagai pihak. Seperti yang telah kita ketahui kecenderungan seksual yang diterima dan dianggap normal dalam masyarakat kita adalah heteroseksual, yaitu ketertarikan secara seksual pada lawan jenis. Sedangkan homoseksual (kecenderungan ketertarikan seksual pada sesama jenis kelamin) atau biseksual (kecenderungan ketertarikan seksual yang sama pada lawan jenis ataupun sesama jenis kelamin) dianggap sebagai kelainan, gangguan, penyimpangan atau bahkan ada yang menyebutnya sebagai penyakit. Sebagai terapis, saya selalu berusaha untuk tidak terkesan menghakimi seseorang menurut norma tertentu. Tugas saya adalah untuk menolong orang yang ingin berubah dari suatu keadaan yang membuatnya tidak nyaman dengan hidupnya, termasuk soal kecenderungan seksual ini.
Pada masa kini di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, pertanyaan seperti itu tidak boleh dijawab dengan positif oleh seorang profesional bidang kesehatan (apapun). Seorang profesional (medis maupun non medis, termasuk hipnoterapis) yang berani memberikan janji atau harapan perubahan terhadap kasus seperti ini bisa dianggap melanggar hukum, karena pada saat ini masalah kecenderungan seksual sudah dicoret atau dikeluarkan dari kamus daftar gangguan psikis & mental, dan dianggap sebagai hal yang normal dan kodrati. Lalu apakah hal tersebut memang sudah takdir dan tidak bisa diubah lagi? Perlu dipahami juga bahwa proses pencoretan suatu jenis gangguan dari buku tersebut juga tidak melulu berlandaskan proses ilmiah, tapi juga proses politis yang penuh dengan negosiasi & kesepakatan. Bahkan hingga saat ini pun, tetap ada beberapa kalangan psikiater & psikolog di sana yang tidak setuju dengan vonis tersebut. Kalangan ahli pun terpecah pendapatnya, ada yang berpendapat hal ini disebabkan oleh karena masalah genetika sehingga tidak banyak (tidak ada) yang bisa dilakukan lagi pada saat ini, yang lain berpendapat bahwa kasus ini tetaplah masalah psikis atau mental, sehingga dengan terapi yang tepat bisa dilakukan perubahan yang signifikan.
Berdasarkan pengalaman pribadi saya selama menangani kasus serupa di Klinik Hipnoterapi Keluarga, saya mendapati cukup banyak kasus seperti ini disebabkan oleh adanya trauma mental yang mulai dialami pada masa kecil yang menjadi akar penyebab terjadinya perubahan kecenderungan seksual. Ada kasus homoseksual pria yang disebabkan karena peristiwa pelecehan seksual yang dialaminya pada masa kecil (7 tahun) yang dilakukan oleh seorang pria paruh baya tetangganya sendiri yang dilakukan pada saat mandi bersama di sungai. Bocah kecil tersebut belum mengerti mengenai masalah seksual sama sekali pada saat itu, dan (pikiran bawah sadarnya) hanya merekam rasa nikmat yang kebetulan dialaminya tersebut secara polos. Peristiwa tersebut telah membentuk persepsi yang sangat kuat dalam pikiran bawah sadarnya tersebut akan kecenderungan ketertarikan seksualnya. Setelah trauma tersebut dinetralisir dengan teknik tertentu, rasa tersebut dengan cepat menghilang dan yang bersangkutan kemudian bisa menikmati hubungannya dengan istrinya yang wanita tulen tanpa tertarik lagi pada sesama jenis kelaminnya.
Ada juga kasus yang sedikit berbeda, dimana seorang pria homoseks (gay) ternyata pernah mendapatkan pelecehan seksual dari wanita mantan pengasuhnya saat masih kecil, pria ini kebetulan dibesarkan & dididik dalam ajaran agama yang cukup kuat sehingga membuat dirinya mencap perbuatan tersebut sebagai dosa yang menjijikkan, dan akhirnya menimbulkan persepsi menjijikkan tersebut pada semua wanita secara umum, dan lebih menyukai sesama pria.
Ada lagi kasus berbeda dimana seorang gadis menyukai sesama jenisnya (lesbian) karena terdorong rasa marahnya yang luar biasa terhadap orang tuanya yang dirasakannya selalu mengekang & mengatur hidupnya dengan ketat, rasa tersebut timbul sebagai suatu alat untuk membalas dendam dengan menyakiti hati orang tuanya tersebut.
Berbagai kasus tersebut bisa ditangani dengan baik karena memang menunjukkan bahwa masalah tersebut adalah masalah psikis atau mental. Sehingga dengan menetralisir akar masalahnya ditambah dengan motivasi pribadi yang cukup kuat untuk berubah bisa menghasilkan perubahan yang sangat baik.
Namun begitu, saya juga mengakui bahwa tidak semua kasus serupa yang saya tangani selama ini berhasil dengan sama baiknya. Ada juga yang tidak berhasil, ada yang tetap merasakan kecenderungan tersebut namun lebih bisa mengontrol dirinya sehingga tidak terjebak dalam perilaku atau kelompok yang bisa semakin menguatkan kecenderungan seksualnya tersebut, ada pula yang berhasil sebagian sehingga dari homoseksual menjadi biseksual, dll. Pada banyak kasus tersebut memang sering kali motivasi perubahan yang ada tidak terlalu kuat, lebih disebabkan karena dorongan orang lain saja.
Berdasarkan pengalaman tersebut, saya bisa menganalisa adanya beberapa situasi/keadaan yang bisa mendukung keberhasilan perubahan yang signifikan pada saat dilakukan hipnoterapi:
- Ybs pernah menyukai lawan jenisnya di masa lampau
- Ybs, walaupun merasakan dorongannya, tapi tetap bisa mengontrol diri dengan baik sehingga tidak sampai terjebak dalam aktivitas atau komunitas yang semakin menariknya lebih dalam.
- Ybs memiliki motivasi pribadi yang sangat kuat untuk berubah, bukan sekedar paksaan dari orang lain.
Sebuah journal medis (CMAJ) yang ditulis Peter Roper, M.D. seorang psikiater di Kanada yang melakukan riset akan hal ini menyatakan bahwa sejauh ini hipnoterapi adalah teknik terapi yang dianggap memiliki persentase keberhasilan paling tinggi untuk membantu perubahan kecenderungan seksual dibanding teknik terapi pikiran yang lain, medis ataupun non medis.